Sabtu, 23 Agustus 2014

Kerambit yang kami jual

DVD  Tutorial Kerambit



Ebook

 * Basic Handling and Operation Kerambit
* Combat Strategy and Intermediate Skills
* Advance Application

DVD Tutorial

From the Master Of Karambit 
* Iko Uwais - Actor Laga Indonesia
* Edwel yusri datuak Rajo Gampo Alam - Master Silat Kumango Indonesia
* Jak Othman - Malaysia 
* Doug Marcaida - Master Kerambit Philipina

Harga / Price Rp. 125.000,-

Bonus DVD Tutorial

1



2




3




4




5




6




7




Kerambit Steve Tarani
Bunus DVD Tutorial
Rp. 100.000,-





Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam


Edwel Yusri
Datuak Rajo Gampo Alam

Lahir 6 Juli 1963 (umur 51)
Bukittinggi, Sumatera Barat
Kewarganegaraan Indonesia
Nama lain Datuk Edwel
Almamater Universitas Muhammadiyah, Jakarta
Pekerjaan Pesilat, koreografer
Dikenal karena Ahli Silat Harimau Minangkabau
Agama Islam


Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam, yang akrab dipanggil Datuk Edwel (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 6 Juli 1963; umur 51 tahun) adalah seorang koreografer gerak silat, pelestari dan ahli Silat Harimau Minangkabau.[1]
Riwayat[sunting | sunting sumber]

Datuk Edwel mewarisi ilmu silat harimau dari kakek buyutnya, Inyiak Angguik, yang dikenal memiliki ilmu telepati turun-temurun dengan harimau Sumatera di hutan dekat kampung halamannya, Balingka, Agam, Sumatera Barat pada masa kolonial. Inyiak Angguik memelihara 8 ekor harimau yang semuanya hidup liar di hutan Pasaman sebelah kampung mereka. Dengan para harimau itulah Inyiak Angguik melatih jurus-jurus silat di kolong rumah panggungnya dengan bergelut dan bercanda. Jurus-jurus silat ini akhirnya berkembang alami meniru gerak Harimau Sumatera, bergelut satu sama lain dan kini dikenal sebagai Silat Harimau.[2]

Saat ini Datuk Edwel merupakan guru besar di Perguruan Silat Harimau Minangkabau yang telah banyak memberikan pelatihan silat pada berbagai pihak, diantaranya Perguruan Satria Muda Indonesia, Batalion Resimen Komando Kostrad 328 (Serpong), Resimen Mahasiswa Universitas Indonesia (Depok) dan melatih anggota satuan keamanan stasiun televisi RCTI.

Edwel Yusri adalah seorang sarjana hukum lulusan Universitas Muhammadiyah, Jakarta, namun kecintaannya pada warisan budaya bangsa yaitu silek (silat) Harimau Minangkabau yang terancam kepunahan, ia justru menggeluti secara total dunia silat tersebut. Ia sangat aktif memberikan pelatihan silat tersebut di berbagai tempat di Jakarta, terutama di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Untuk mendukung aktivitasnya itu, Edwel mendirikan Yayasan Paguyuban Ikhlas. Melalui yayasan tersebut, Edwel bersama koleganya, Sekjen Persilat (Persekutuan Silat Antarbangsa), Hariadi Anwar juga telah menerbitkan buku tentang silat Harimau Minangkabau dalam bahasa Inggris.

Pengalamannya yang banyak dalam pelatihan silat telah membawanya ke berbagai negara di dunia, seperti ke Belanda, dan pada tahun 2004, ia dan anak didiknya pernah tampil di International Martial Arts Festival di Paris, Perancis.[3]

Edwel Yusri juga merupakan koreografer gerak silat dalam film Merantau yang dibintangi oleh Iko Uwais dan Christine Hakim pada tahun 2009.[4]
Rujukan[sunting | sunting sumber]

Silat Kumango

Silat Kumango
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Silat Kumango atau Silek Kumango adalah salah satu dari sepuluh aliran utama Silat di Minangkabau. Silat ini berasal dari Surau di Nagari Kumango, Kecamatan Sungai Tarok (saat ini diindonesiakan menjadi Sungai Tarab), Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Tarok sendiri adalah nama tumbuhan yang pada zaman dahulu seratnya dibuat untuk pakaian, ketika pada zaman Jepang, pakaian dari serat tarok ini kembali populer dengan pepatah "ig ni san si roku , baju goni sarawa tarok" (satu dua tiga..enam, baju goni celana tarok). Aliran silat ini diberi nama menurut tempat asal silat ini pertama dirancang [1]

Silat Kumango menjadi harum dan tersohor sampai ke negeri Malaysia yang terkenal dengan Kuncian Kemanga.[butuh rujukan]



Daftar isi [sembunyikan]
1 Sejarah Silek Kumango
2 Hubungan Silat Kumango dengan Aliran Silat Lain
3 Pengaruh tarekat pada silek Kumango
4 Penyebaran Silek Kumango
5 Konsep Silek Kumango
6 Penerimaan Anak Sasian (Murid)
7 Materi Silek Kumango
7.1 Langkah
7.2 Jurus
7.3 Kaji Duduak
8 Lihat pula
9 Referensi
10 Pranala luar


Sejarah Silek Kumango[sunting | sunting sumber]

Silat Kumango adalah silat yang paling tua di Sumatera Barat.[butuh rujukan] Sebelum masa Syech Surau Subarang (sebutan untuk Syech Abdul Rachman di Kumango, tanah asalnya), silat ini sudah "disimpan" selama ratusan tahun oleh orang Kumango dan terlarang untuk diajarkan kepada mereka yang berasal dari luar Nagari Kumango. Kalaupun ada pada masa itu ada yang mengaku pernah belajar silat Kumango, namun sebenarnya mereka hanya belajar "bunga silatnya" saja (langkah-langkah yang tidak mematikan) dari orang Kumango. Bunga silat Kumango ini dikembangkan oleh para perantau Kumango yang selama beberapa masa merajai perdagangan barang-barang kelontong di negara ini sehingga barang kelontong juga dikenal sebagai "barang Kumango:. Pada masa ini, silat Kumango sudah terkenal dan ditakuti dimana-mana, namun belum ada orang luar yang bisa menembus rahasia silat ini karena begitu ketatnya aturan dari Tetua Silat di Kumango untuk tidak mengajarkan silat mereka kepada mereka yang bukan orang Kumango. Di Kumango sendiri, pada masa itu, silat Kumango ini juga terdiri dari beberapa aliran kecil tergantung kepada guru yang mengajar pada sasaran yang berbeda. Silat Tua Kumango ini banyak mengambil falsafah alam dan lebih dekat kepada silat harimau. Salah satu falsafahnya adalah "Langkah, langkah harimau; jatueh, jatueh cacak" (memasang jurus seperti harimau dan bila jatuh ketanah seperti cicak).

Syech Surau Subarang pada masa mudanya di Kumango sebelum merantau ke luar Kumango dikenal sebagai parewa (semacam preman) di Kumango, suka berkelahi. Namun dalam setiap kali perkelahian dia sering dikalahkan oleh lawan-lawannya di Kumango. Keadaan inilah yang membuatnya pergi merantau dan banyak bertarung di luar Kumango menundukkan lawan-lawannya. Dia adalah sosok yang sangat cerdas, dalam setiap pertarungan yang dilakoninya dengan banyak orang di luar Kumango, dia selalu berusaha "mencuri ilmu" dari lawan-lawannya dengan jalan mengamati setiap jurus dan langkah yang dipakai oleh lawan-lawannya dalam menghadapinya, kemudian dia menyempurnakan jurus dan langkah tersebut menjadi lebih mumpuni untuk dipakai pada pertarungannya yang lain. Di perantauan pula dia mendalami Agama Islam dan Ilmu Tariqat, sekaligus mempertajam ilmu silat yang sudah dimilikinya. Dan dari semua yang telah dia dapatkan, dia mencoba menciptakan sebuah silat Kumango baru yang setiap geraknya tidak lepas dari nafas Islam, dan kemudian bertekad untuk mengembangkannya. Dan pada suatu ketika, ketika dia kembali ke Kumango dari rantau, dia mampu mengalahkan semua orang yang dulu selalu mengalahkannya.

Tidak puas dengan penghidupan di kampung halamannya sendiri, dia kemudian merantau ke Malaysia; tinggal disana beberapa lama; punya istri dan keturunan di negara jiran tersebut. Melihat ada gejala beliau akan merantau cino (merantau dan tidak pulang lagi ke kampung halamannya), keluarganya memintanya untuk pulang, namun dia menolak. Setelah melalui proses yang agak berliku, beliau akhirnya setuju untuk kembali ke Kumango, tapi dengan syarat masyarakat Kumango bersedia membangunkan sebuah surau untuknya, maka dibangunlah surau Subarang -- surau dimana sekarang makamnya berada. Dan kemudian diapun pulang dan disambut bak pahlawan oleh segenap masyarakat Kumango pada masa itu. Dari surau inilah kemudian beliau kemudian mengembangkan silat Kumango baru dan sekaligus membuka tabir Silat Kumango ke dunia luar. Selain dari mengembangkan silat Kumango baru, beliau juga membawa angin segar dalam dunia usaha di Kumango dengan mangajarkan masyarakat Kumango cara membuat kerupuk kulit (kerupuk jangat / karupuek jangek)yang pada saat ini menjadi kebangggaan lain dari orang Kumango dengan kerupuk jangek Kumango yang juga terkenal kemana-mana.

Dimata lawan-lawannya, beliau sangat terkenal dengan jepitan jari kakinya yang mematikan.

Sekedar penekanan, silat Kumango yang sekarang diajarkan luas ke seluruh dunia, memang Silat Kumango baru yang diramu kembali oleh Syech Surau Subarang. Namun silat Kumango tua tersebut masih ada dan dipegang oleh beberapa orang asli Kumango dan tetap pada prinsip tidak akan pernah diajarkan kepada meraka yang bukan orang Kumango. Seiring perkembangan zaman, dengan bertambah banyaknya orang Kumango yang menikah dengan pasangan hidup yang berasal dari luar Kumango, Silat Tua ini semakin terlupakan.

Syech Kumango atau Syech Abdul Rahman Al Khalidi yang bernama kecil Alam Basifat adalah peramu Silat Kumango baru [2]. Beliau di masa muda adalah pendekar yang disegani dan ditakuti, banyak belajar ke berbagai pelosok. Beliau bahkan sampai ke Bayang, Pesisir Selatan belajar mengaji dan bersilat.
Hubungan Silat Kumango dengan Aliran Silat Lain[sunting | sunting sumber]

Meskipun Silek Kumango telah memiliki ciri khas tersendiri, namun silek ini merupakan turunan dari Silek Tuo dengan beberapa perubahan dan modifikasi gerakan.
Pengaruh tarekat pada silek Kumango[sunting | sunting sumber]

Tarekat mengajarkan penganut atau pengamalnya untuk mengendalikan diri. Syech Kumango menguasai tarekat Syattariah dari Ulakan, Pariaman, Naqsabandian dan juga tarekat Samaniah.
Penyebaran Silek Kumango[sunting | sunting sumber]
Malaysia
Belanda
Kawasan lain di Indonesia
Konsep Silek Kumango[sunting | sunting sumber]

Silek Kumango memakai konsep langkah tuo dan langkah ampek.
Penerimaan Anak Sasian (Murid)[sunting | sunting sumber]

Peminat yang bersungguh ingin belajar Silat Kumango, seperti halnya silat aliran lain di Minangkabau, akan ditanya, untuk apa belajar silat, pertanyaan ini perlu untuk meluruskan niat para calon murid agar kelak setelah menguasai silat, yang diistilah sebagai memiliki pisau tajam agar tidak sewenang-wenang kepada orang lain. Adapun syarat-syarat untuk belajar adalah membawa [3] :
Lado jo garam (Cabe atau Capsicum annum dan garam), ini mengandung makna kepandaian yang di peroleh haruslah pedasnya melebihi cabai dan asinnya melebihi garam.
Pisau maja (pisau tumpul), proses pembelajaran itu adalah bertujuan untuk menjadikan besi tumpul menjadi tajam dan bermanfaat. Tentu saja setelah tajam jangan digunakan sembarangan
Kain Kapan Putiah (kain kafan putih), ini bermakna kepasrahan diri pada sang kholik dan kesadaran bahwa padanyalah kita akan kembali, juga simbol dari kesucian.
Pinjaik jo banang (Jarum dan Benang), ini bermakna Hidup yang efisien dan tidak boros
Bareh sacupak (beras satu cupak), ini bermakna jangan upaya mandiri dan menyusahkan guru ketika hari pertama berlatih
Ayam batino (ayam betina) ini bermakna sebagai perbaikan gizi ketika berlatih, ayam di pelihara oleh guru dan telurnya di makan setelah berlatih
Materi Silek Kumango[sunting | sunting sumber]
Langkah[sunting | sunting sumber]

Seperti halnya Silat di Minangkabau, belajar melangkah adalah penting, jika cara melangkah ini masih tidak bagus, maka jurus atau buah yang akan diajarkan tidaklah akan tepat penggunaannya. Di dalam Silek Kumango, tetap dikenal dengan langkah, gelek dan balabek sebagai bagian inti dan karakter dasar dari Silat di Minangkabau. Silek Kumango memakai sistem langkah ampek di dalam bersilat dan filosofi silatnya. Sebagai sebuah aliran yang khas, Syech Kumango memasukkan napas Islam ke dalam gerak langkahnya, yang dikenal dengan langkah alif, lam, lam dan ha.
Jurus[sunting | sunting sumber]

Ada sebelah buah inti kumango atau bisa disebut sebagai jurus , yakni:[3]
Ilak kida, terdiri dari ilak kida lua, ilak kida dalam
Ilak suok, terdiri dari ilak suok lua dan ilak suok dalam
Sambuik pisau
Rambah
Cancang
Ampang
Patah tabu
Lantak siku
Kabek
Sandang
Uncak tangguang
Uncak lapeh
Kaji Duduak[sunting | sunting sumber]

Kaji duduak atau silek duduak membahas aspek spiritual dari Silek Kumango. Silek Kumango berkaitan dengan Tarekat Samaniah dan Naqsabandiah, dengan demikian isi dari kaji duduak ini akan berhubungan dengan esensi dari pengajaran tarekat tersebut.

Ada semacam pepatah (ungkapan, jargon) di kalangan pengikut silek Kumango yakni manjago tali jan putuih, manjago raso jan ilang (menjaga tali jangan putus, menjaga rasa jangan hilang). Pepatah ini memiliki arti yang dalam dan berlapis di dalam ajaran Silek Kumango. Tertu saja ada beberapa variasi ungkapan yang senada dengan itu.

Silat Minangkabau















Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook dan Twitter

[tutup]

Silat Minangkabau


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas











Silat Minangkabau. Pesilat di sebelah kiri memegang senjata tradisional kerambit (foto koleksi Tropenmuseum, tanpa tahun).


Silek Minangkabau atau (bahasa Indonesia: silat Minangkabau) adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakatMinangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Di samping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar.


Daftar isi

[sembunyikan]
1 Filosofi dan tujuan
2 Sejarah
3 Penyebaran
3.1 Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri
3.2 Penyebaran silek di luar negeri
4 Proses Berguru
4.1 Syarat-syarat berguru
4.2 Proses Penerimaan Murid
4.3 Jadwal Latihan
5 Aliran
6 Konsep
6.1 1. Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah)
6.2 2. Garak jo Garik (Gerak dan Gerik)
6.3 3. Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa)
6.4 4. Kato Bajawek, Gayuang Basambuik (Kata Berjawab, Gayung Bersambut)
6.5 5. Tagang Bajelo, Kandua Badantiang (Tegang mengalun, Kendor Berdenting)
6.6 6. Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin (Alami, logis dan efektif)
7 Perlengkapan
7.1 1. Sasaran Silek (Tempat berlatih silat)
7.2 2. Minyak Silek (Minyak silat)
7.3 3. Pakaian
7.4 4. Senjata dan Pusaka Sasaran
7.5 5. Alat Musik serta Perlengkapan Adat
8 Kurikulum
8.1 1. Langkah (Teknik Melangkah)
8.2 2. Buah (Teknik Praktis)
8.3 3. Isi (Mengambil Isi atau Kaji Duduk)
8.4 4. Ujian
8.5 5. Kaputusan Silek (Keputusan Silat)
9 Lihat Pula
10 Catatan kaki
11 Pranala luar

Filosofi dan tujuan[sunting | sunting sumber]







Randai, sebuah tarian Minangkabau yang mengadopsi gerakan silat.


Wilayah Minangkabau di bagian tengah Sumatera sebagaimana daerah di kawasan Nusantara lainnya adalah daerah yang subur dan produsen rempah-rempah penting sejak abad pertama Masehi, oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini. Jadi secara fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua yakni sebagai
panjago diri (pembelaan diri dari serangan musuh), dan
parik paga dalam nagari (sistem pertahanan negeri).


Untuk dua alasan ini, maka masyarakat Minangkabau pada tempo dahulunya perlu memiliki sistem pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya dari ancaman musuh kapan saja. Silek tidak saja sebagai alat untuk beladiri, tapi juga mengilhami atau menjadi dasar gerakan berbagai tarian dan randai (drama Minangkabau) [1]. Emral Djamal Dt Rajo Mudo (2007) pernah menjelaskan bahwa pengembangan gerakan silat menjadi seni adalah strategi dari nenek moyang Minangkabau agar silat selalu diulang-ulang di dalam masa damai dan sekaligus untuk penyaluran "energi" silat yang cenderung panas dan keras agar menjadi lembut dan tenang. Sementara itu, jika dipandang dari sisi istilah, kata pencak silat di dalam pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. Perbedaan dari kata itu adalah:[2]
Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan.[3]
Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.[4]


Para tuo silek juga mengatakan jiko mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum bagaimana langkah-langkah mereka melumpuhkan musuh. Oleh sebab itu, pada acara festival silat tradisi Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan dua guru besar (tuo silek) turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka saling serang dan saling mempertahankan diri dengan gerakan yang mematikan. Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling menyakiti lawan main mereka, karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek yang "kalah". Dalam praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisamancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara. Jadi kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan. Keengganan tuo silek ini dapat dipahami karena Indonesia telah dijajah oleh bangsa Belanda selama ratusan tahun, dan memperlihatkan kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa penjajah pada masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.


Ada pendapat yang mengatakan bahwa silat itu berasal dari kata silek. Kata silek pun ada yang menganggap berasal dari siliek, atau si liat, karena demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Di tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga sasaran silek, dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo Silek. Tuo silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu beliau mengajari para pemula.


Orang yang mahir bermain silat dinamakan pandeka (pendekar). Gelar Pandeka ini pada zaman dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh ninik mamak dari nagariyang bersangkutan. Namun pada zaman penjajahan gelar dibekukan oleh pemerintah Belanda. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat adat Koto Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun 2000-an. Pandeka ini memiliki peranan sebagai parik paga dalam nagari (penjaga keamanan negeri), sehingga mereka dibutuhkan dalam menciptakan negeri yang aman dan tentram. Pada awal tahun ini (7 Januari 2009), Walikota Padang, H. Fauzi Bahar digelari Pandeka Rajo Nan Sati oleh Niniak Mamak (Pemuka Adat) Koto Tangah, Kota Padang[5]. Gelar ini diberikan sebagai penghormatan atas upaya beliau menggiatkan kembali aktivitas silek tradisional di kawasan Kota Padang dan memang beliau adalah pesilat juga pada masa mudanya, sehingga gelar itu layak diberikan[6].
Sejarah[sunting | sunting sumber]


Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dari Pauah, Kota Padang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong) dari Limau Kapeh [2], Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau [7]. Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini beliau peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok[8]. Daerah Koto Anau, Bayang dan Banda Sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan, Pauah di Kota Padang atau Lintau pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok misalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.


Jika dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah
Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatera Barat.
Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja[?]),
Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand) dan
Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia[?]).


Di masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri[9]. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India), Persia (Iran dan sekitarnya), Hadhramaut (Yaman), Mesir,Campa (Vietnam sekarang) dan bahkan sampai ke Madagaskar di masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu, dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik. Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan di masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas.


Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)
Penyebaran[sunting | sunting sumber]


Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar ke mana-mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para perantau ini memiliki bekal beladiri yang cukup dan ke mana pun mereka pergi mereka juga sering membuka sasaran silat (perguruan silat) di daerah rantau dan mengajarkan penduduk setempat beladiri milik mereka. Mereka biasanya lebur dengan penduduk sekitar karena ada semacam pepatah di Minangkabau yang mengharuskan mereka berbaur dengan masyarakat di mana mereka tinggal. Bunyi pepatah itu adalah dima bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di situ aia disauak (Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, di mana rantiang dipatah di situ air disauk). Pepatah ini mengharuskan perantau Minang untuk menghargai budaya lokal dan membuka peluang silat Minangkabau di perantauan mengalami modifikasi akibat pengaruh dari beladiri masyarakat setempat dan terbentuklah genre atau aliran baru yang bisa dikatakan khas untuk daerah tersebut. Silek Minangkabau juga menyebar karena diajarkan kepada pendatang yang dahulunya berdiam di Ranah Minang. Jadi dapat dikatakan bahwa silek itu menyebar ke luar wilayah Minangkabau karena sifat perantau dari masyarakat Minangkabau itu sendiri dan karena diajarkan kepada pendatang.
Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri[sunting | sunting sumber]


Silek yang menyebar ke daerah rantau (luar kawasan Minangkabau) ada yang masih mempertahankan format aslinya ada yang telah menyatu dengan aliran silat lain di kawasan Nusantara. Beberapa perguruan silat menyatukan unsur-unsur silat di Nusantara dan Silek Minang masuk ke dalam jenis silat yang memengaruhi gerakan silat mereka. Beberapa contoh yang dapat diberikan adalah:
Silek 21 Hari atau dikenal juga dengan nama Silek Pusako Minang : Silat ini berkembang di wilayah perbatasan antara Pasaman dan Provinsi Riau. Silat ini masih jarang diungkapkan di dalam kajian Silek Minangkabau jadi keterangan tentang silat ini masih terbatas dan dalam penelitian. Silat ini lebih menekankan aspek spiritual dan berasal dari kalangan pengamal tarekat di Minangkabau. Saat ini masih ada keturunan Pagaruyung Minangkabau yang mengajarkan silat ini di beberapa kawasan di Provinsi Riau, seperti di Rokan Hulu (Kuntu Darussalam), Mandau Duri, Rokan Hilir, dan Perawang. Silat ini tergolong jenis yang ditakuti di daerah tersebut dan juga berkembang sampai ke Malaysia[10] .
Silat Sabandar dari Tanah Sunda dikembangkan oleh perantau Minangkabau yang bernama Mohammad Kosim di Kampung Sabandar, Jawa Barat. Silek ini disegani di Tanah Sunda. Seiring dengan perkembangan dan pembauran dengan tradisi silat di Tanah Sunda, silat ini telah mengalami variasi sehingga bentuknya menjadi khas untuk daerah tersebut.
Silat Pangian di Kuantan Singgigi, Provinsi Riau, terdiri dari Silek Pangian Jantan dan Silek Pangian Batino. Silek Pangian ini asalnya dari daerah Pangian, Lintau, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Di Kuantan tentu saja silek ini telah mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas dari tradisi wilayah tersebut. Awalnya pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan.
Silek Minangkabau menyebar ke daerah Deli (sekitar Medan) di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara akibat migrasi penduduk Minangkabau di masa lalu [11]. Saat sekarang tradisi silat itu masih ada.
Perguruan Silat Setia Hati, adalah perguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, pendiri dari perguruan ini, Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau di samping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh, dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Perguruan Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah beliau pelajari selama di Sumatera Barat pada tahun 1894-1898.[12] Beliau adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga beliau memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Beliau memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.
Silat Perisai Diri, yang didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau dikenal dengan Pak Dirdjo, memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya. Silat Perisai Diri memiliki karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perisai Diri termasuk perguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara.[13]
Satria Muda Indonesia, yang pada awalnya berasal dari Perguruan Silat Baringan Sakti yang mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran silat di Indonesia ke dalam perguruannya.[14]
Silat Baginda di Sulawesi Utara adalah silat yang berasal dari pengawal Tuanku Iman Bonjol yang bernama Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe) yang dibuang ke Manado pada tahun 1840. Tan Labiah meninggal dunia pada tahun 1888.[15]
Penyebaran silek di luar negeri[sunting | sunting sumber]
Singapura : Posisi Singapura atau dahulu disebut Tumasik yang strategis membuat wilayah ini dikunjungi oleh berbagai bangsa semenjak dahulu kala. Silek Minangkabau telah menyebar ke sana pada tahun 1160 dengan ditandainya gelombang migrasi bangsa Melayu dari Minangkabau [16]
Malaysia: Penyebaran Silek Minangkabau di Negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke 16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di Negeri Sembilan. Silek Pangian, Sitaralak, Silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat Cekak, salah satu perguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, kuncian Kumango dan Lintau di dalam materi pelajarannya.[17] Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri Aceh dan Minangkabau.[18] Beberapa perguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau di dalam nama perguruannya
Filipina: Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau dari Kepulauan Sulu pada tahun 1390.[19] Penyebaran ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih dalam
Brunei Darussalam: Penyebaran Silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk Minangkabau ke Negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek adalah bagian dari budaya Minangkabau, oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa ilmu beladiri ini ke mana pun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian ranji dengan raja-raja di Minangkabau.[20] Ada dugaan bahwa Awang Alak Betatar, pendiri kerajaan Brunei (1363-1402) yang gagah berani berasal dari Minangkabau karena gelar-gelar dari saudara-saudara beliau mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau, namun catatan tertulis diketahui bahwa migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke-15) tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam (Datuk Godam) atau Raja Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung [21]
Austria: Perguruan sileknya bernama PMG=Sentak, dikembangkan oleh Pandeka Mihar[22]
Spanyol: Perguruan sileknya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru Hanafi di kota Basque[23]
Belanda:
Silek Tuo dikembangkan oleh Doeby Usman,[24]
Satria Muda, dikembangkan oleh Cherry dan Nick Smith pada 1971. Mereka adalah murid dari dari Guru W. Thomson,[25]
Paulu Sembilan, Silat dari Pauh Sembilan Kota Padang,[26]
Hongkong: Perguruannya bernama Black Triangle Silat dikembangkan Pendekar Scott McQuaid.[27] Pendekar Scott adalah termasuk dalam jalur waris dari guru Hanafi, sama dengan Guru de-Bordes di Ghana.
Amerika Serikat:
Bapak Waleed adalah salah satu tokoh yang mengembangkan silek Minangkabau di USA,[28]
Baringin Sakti yang dikembangkan oleh Guru Eric Kruk,[29]
Perancis: Perguruannya bernama Saudara Kaum dikembangkan oleh Haji Syofyan Nadar.[30] Perguruan ini juga memiliki guru mengajarkan silat dari Tanah Sunda seperti Maenpo Cianjur (Sabandar, Cikalong dan Cikaret)[31] dan Silat Garis Paksi.[32]
Ghana, Afrika: Perguruannya bernama Harimau Minangkabau dikembangkan oleh Guru de-Bordes yang belajar ke Guru Hanafi[33] dengan permainan silat harimau.[34]
Proses Berguru[sunting | sunting sumber]


Jika seseorang ingin belajar silek, maka ia bisa datang sendiri atau biasanya diantar oleh teman, bapak atau mamak (saudara laki-laki dari ibu) kepada seorang guru, jika di kalangan keluarga mereka tidak ada yang bisa bermain silat dengan baik. Setelah berbasa basi, maka nanti si calon murid datang pada waktu yang ditentukan dengan membawa benda-benda tertentu.
Syarat-syarat berguru[sunting | sunting sumber]


Syarat-syarat berguru ini bervariasi pula, namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, lado kutu (cabe rawit), garam, gula, jarum jahit, cermin, rokok, beras, uang, dan baju silat satu stel (Endong sapatagak). Jumlah uang biasanya tidak ditentukan. Apa yang dibawa mempunyai arti tersendiri bagi calon murid. Biasanya diterangkan pada saat prosesi penerimaan murid.


Beberapa contoh dari arti syarat-syarat yang dibawa itu adalah
kain putiah (kain putih) : pakaian murid itu adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi pakaian bagi murid, merupakan pakaian yang bersih
pisau : setelah latihan ini, maka si murid tidak akan dilukai oleh pisau, karena memiliki ilmu setajam pisau
lado kutu (cawe rawit), garam dan gulo(gula) : ilmu silat ini memakai raso (rasa), karena semakin mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi, tapi menggunakan raso (perasaan). Contoh, ahli masak terkenal jarang menimbang bahan-bahan yang mereka butuhkan, tapi tetap juga menghasilkan masakan yang enak dan khas, seperti itu pulalah silat nantinya pada tingkat mahir.
endong sapatagak (Baju Silat satu Stel) : Untuk mengajar silat kepada anak sasiannya (murid) seorang guru memerlukan pakaian silat yang bagus yang bisa dipakai selama melatih muridnya sampai tamat (Putuih Kaji), maka sudah sepatutnya dan sepantasnya bagi seorang murid untuk menyediakan seragam latihan bagi gurunya untuk melatih para muridnya,jangan sampai malah merepotkan guru yang akan menurunkan ilmunya kepada muridnya.
bareh jo pitih (beras dan uang) : belajar silat akan menyita waktu guru, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang dihabiskan oleh guru. Di samping itu beras yang dibawa juga akan dimakan bersama sesama anggota sasaran silek (tempat berlatih silat dinamai sasaran ada juga yang menyebut laman ). Nilai uang dan beras tidak ditentukan jumlahnya. Namun setidaknya beras itu dibawa satu atau dua liter, sedangkah untuk uang, itu terpulang kepada kemampuan ekonomi si murid untuk mempertimbangkannya.
Proses Penerimaan Murid[sunting | sunting sumber]


Ada bermacam cara dalam menerima anak sasian (murid), seperti yang sudah disebutkan di atas, si murid diminta untuk membawa bahan-bahan tertentu pada hari yang dijanjikan dan juga diminta membawa seekor ayam jantan untuk satu orang murid. Ayam ini nanti disembelih oleh guru dan kemudian darahnya dicecerkan mengelilingi sasaran, dalam prosesi pemotongan ayam ini seorang guru sudah bisa melihat dan membaca maksud dari seorang murid dalam belajar silat baik dari segi niatnya, karakternya, minat, bakat, dan kemauan dari seorang calon murid ini.


Ada beberapa pertanda yang dilihat guru pada saat prosesi pemotongan ayam ini di antaranya:
Setelah di sembelih ayam tersebut akan di lemparkan ke dalam sasaran,lama atau sebentarnya ayam tersebut meregang nyawa sampai mati, itu memperlihatkan sebuah pertanda minat,bakat dan kemauan dari sang calon murid untuk belajar silat.
Dari posisi matinya ayam, seorang guru bisa membaca pertanda dari niat dan karakter seorang murid, posisi matinya ayam menghadap ke mana dan apakah posisi matinya di luar lingkaran atau di dalam lingkaran itu adalah sebuah pertanda yang bisa dibaca oleh seorang guru, dan juga apabila pada saat meregang nyawa ayam tersebut menerjang kearah sang guru, maka itu juga sebuah pertanda bagi sang guru tentang niat dan karakter calon murid tersebut, sehingga seorang guru silat sudah bisa memperkirakan apa yang akan terjadi nanti dan seperti apa dan sampai sejauh mana pelajaran silat yang bisa diberikan sang guru kepada murid tersebut nantinya.
Ayam tersebut kemudian dimasak, biasanya digulai dan dihidangkan dalam acara mandoa (doa) yang dihadiri oleh guru dan para saudara seperguruan. Untuk acara ini dipanggil pula Urang Siak (sebutan untuk orang ahli agama) untuk mendoakan si murid agar mendapatkan kebaikan selama mengikuti latihan. Kemudian, pada saat makan bersama, sang guru akan mengupas kepala ayam tersebut untuk mengambil tulang rawan yang berada di bawah lidah atau rahang ayam tersebut, dari tulang rawan tersebut seorang guru juga bisa membaca sebuah pertanda tentang niat dan kemauan sang murid untuk belajar silat tersebut.


Biasanya di dalam ritual penerimaan seorang murid, si murid ini diambil sumpahnya untuk patuh kepada guru dan tidak menggunakan ilmu yang mereka dapatkan ini untuk berbuat keonaran. Bahkan bunyi sumpah itu keras sekali. Inilah potongan bunyi sumpah itu : kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek, ditangah-tangah digiriak kumbang(ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat dan di tengah-tengah dimakan kumbang), artinya pelanggar sumpah tidak akan pernah mendapatkan hidup yang baik selama hidupnya di dunia seperti yang diibaratkan nasib suatu pohon yang merana. Ada juga prosesi dari perguruan silat tradisi waktu baru masuk perguruan tersebut dianjurkan mandi dengan tujuh macam limau/jeruk bahkan ada juga dengan 7 macam bunga. waktu mandinya ada yang sore hari dan ada juga setelah jam 12.00 malam.


Seperti yang berlaku pada perguruan beladiri manapun bahwa semenjak saat itu saudara seperguruan adalah seperti saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau dikatakan bahwa saudara seperguruan itu saasok sakumayan (satu asap satu kemenyan) atau sabatin artinya dia adalah bagian dari diri kita dan berlaku hukum saling melindungi.


Prosesi ini tidak sama tiap sasaran silek, ada pula guru yang tidak meminta membawa apa-apa, sehingga tidak ada prosesi penerimaan murid seperti yang diuraikan di atas, tapi kasus ini jarang terjadi, umumnya selalu ada prosesi penerimaan murid apakah dalam bentuk sederhana bahkan sampai ada yang berbentuk upacara adat.
Jadwal Latihan[sunting | sunting sumber]


Guru menetapkan jadwal latihan silat dan biasanya malam hari. Murid boleh mengajukan waktu sepanjang guru tidak keberatan. Biasanya jadwal latihan malam hari setelah salat isya. Ada sasaran silek yang membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Lebih dari itu dilarang oleh gurunya karena sang guru meyakini lebih dari jam 12 malam adalah waktunya inyiak balang (harimau), sehingga tidak boleh untuk bersilat lagi. Tapi ada pula yang malah sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12 malam sampai jam 4 pagi. Biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.


Pada tingkat lanjutan untuk mengambil gerakan silek harimau (silat harimau), malah sang guru yang biasanya suka latihan lewat jam 12 malam ini meminta muridnya untuk belajar siang hari. Gerakan dari silat harimau ini tidak sebanyak gerakan silat yang biasa guru ajarkan.


Ada sasaran silek yang lebih "privat". Guru tidak suka punya murid banyak-banyak, paling-paling muridnya cuma 4 orang saja atau sepasang. Murid tunggal juga diterima, dan ini langsung bersilat dengan gurunya. Khusus untuk murid tunggal, guru harus memiliki stamina yang baik, karena harus ikut bermain dengan murid dari awal sampai akhir.


Para murid biasanya membawa makanan untuk dimakan bersama, juga rokok, kopi atau teh dan gula saat hari latihan. Ada juga yang menyertakan dengan uang. Nilainya tidak ditentukan, murid sendirilah yang menentukan berapa nilainya.
Aliran[sunting | sunting sumber]





Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah Minangkabau. Peneliti Silat, Hiltrud Cordes pernah melakukan penelitian, mengatakan ada sepuluh aliran utama Silek Minangkabau, yakni:[35]



* Silek Tuo (Silat Tua)

* Silek Harimau (Silat Harimau)

* Silek Lintau (Silat Lintau)


* Silek Sitaralak (Silat Sitaralak)

* Silek Pauah (Silat Pauh)

* Silek Sungai Patai (Silat Sungai Patai)


* Silek Luncua (Silat Luncur)

* Silek Gulo-Gulo Tareh (Silat Gulo-Gulo Tareh)

* Silek Baruah (Silat Baruh)


* Silek Kumango (Silat Kumango)

* Silek Ulu Ambek (Silat Ulu Ambek)








Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam; Seorang Guru Besar Silat Harimau Minangkabau


Silek Ulu Ambek menurut beliau tidak tergolong ke dalam aliran Silek karena lebih menekankan kekuatan batin daripada kontak fisik. Silek Sitaralak, Lintau, Kumango, Luncua terkenal sampai ke Malaysia. Silek sitaralak (disebut juga siterlak, terlak[36], sterlak, starlak) merupakan silat yang beraliran keras dan kuat. Ada beberapa nama aliran silat lain yang punya nama, yakni Silek Tiang Ampek, Silek Balubuih, Silek Pangian (berkembang di Kabupaten Kuantan Singingi) dan Buah Tarok dari Bayang, Pesisir Selatan. Asal usul dari aliran silat ini juga rumit dan penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo adalah anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat. Hubungan sitaralak dan Silek Tuo (silat paling tua) adalah kajian yang menarik untuk dikupas lebih dalam.


Gerakan silek itu diambil dari berbagai macam hewan yang ada di Minangkabau, contohnya Silek Harimau, Kucing[37] dan Silek Buayo (Buaya), namun di dalam perkembangan silek selanjutnya, ada sasaran silek, umumnya silek yang berasal dari kalangan tarekat atau ulama agama Islam menghilangkan unsur-unsur gerakan hewan di dalam gerakan silek mereka karena dianggap bertentangan dengan unsur agama versi mereka.


Jika dilihat dari beberapa gerakan silat yang berada di Minangkabau, ada pola-pola yang dominan di dalam permainan mereka, yakni:
bersilat dengan posisi berdiri tegak
bersilat dengan posisi rendah
bersilat dengan posisi merayap di tanah
bersilat dengan posisi duduk (silek duduak)


Posisi permainan silat ini terjadi akibat kondisi lingkungan di mana silat itu berkembang, pada daerah yang tidak datar dan licin, mereka lebih suka menggunakan posisi rendah, sementara di daerah pantai yang berpasir, mereka lebih suka bersilat dengan posisi berdiri. Meskipun demikian, bukan berarti di daerah pesisir tidak mengenal permainan rendah.
Konsep[sunting | sunting sumber]


Alam takambang jadi guru adalah konsep universal dari budaya alam Minangkabau. Kata "alam",[38] berasal dari bahasa Sanskerta artinya sama dengan lingkungan kehidupan atau daerah.[39] Konsep ini juga diterjemahkan oleh para pendiri silat pada masa dahulunya menjadi gerakan-gerakan silat. Antara silat dan produk budaya lain di Minangkabau adalah satu kesatuan filosofis, jadi untuk menerangkan silat, pepatah-pepatah yang biasa diucapkan dalam upacara adat bisa digunakan.


Setiap nagari memiliki sasaran silek, ini adalah suatu keharusan, ibarat sebuah negara yang tidak mungkin tidak memiliki angkatan perang. Konsep nagari itu sama dengan konsep sebuah negara. Hubungan antara nagari dengan nagari sama halnya dengan hubungan antar negara. Alam Minangkabau adalah kesatuan pengikat antar nagari-nagari bahwa mereka merupakan satu konsep budaya. Secara budaya, yang dinamakan masyarakat Minangkabau mengaku berasal dari Gunung Marapi, tepatnya dari Nagari Pariangan, Sumatera Barat yakni suatu tempat yang disebut sebagai sawah gadang satampang baniah (sawah luas, setampang benih). Dari nagari itulah benih kebudayaan yang setampang digagas, disusun dan kemudian dikembangkan ke wilayah sekitarnya (luhak nan tiga). Oleh karena nagari di Minangkabau tidak obahnya seperti sebuah republik mini, semuanya lengkap dari wilayah, aparat pemerintah, pertahanan sampai penduduknya, maka hampir semua nagari memiliki sasaran silek, sehingga variasi dari gerakan-gerakan silat tidak dapat dihindari sama sekali.


Variasi dari gerakan silek terjadi karena:
Rentang waktu yang sedemikan lama dari awal silek ini dirumuskan
Pancarian surang-surang (penemuan baru oleh guru baik disengaja atau tidak)
Perbedaan minat
Hasil adu pandapek (hasil diskusi sesama pendekar)
Pengaruh dari beladiri lain


Meskipun demikian ada kesamaan konsep dari gerakan silat di Minangkabau. Oleh sebab itu kita dapat membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah lain di kawasan Nusantara. Beberapa konsep dari silek Minangkabau itu adalah
1. Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah)[sunting | sunting sumber]


Ciri khas dari permainan silek adalah pola berdiri dan langkah. Tagak artinya tegak atau berdiri, di mana pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (tagak di nan bana), dia bukanlah seorang yang suka cari rusuh dan merusak tatanan alam dan kehidupan bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan sebagai tegak alif, pitunggua adam, langkah muhammad[40]. Di dalam permainan silat, posisi berdiri adalah pelajaran pertama diberikan, yang dinamakan sebagai bukak langkah (sikap pasang) seorang pemain silat Minangkabau adalah tagak runciang (berdiri runcing atau berdiri serong) dengan posisinya selalu melindungi alat vital. Kuda-kuda pemain silat harus kokoh, untuk latihan ini dahulunya mereka berjalan menentang arus sungai.

Langkah dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari gelek,balabek, simpia dan baliak (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum.

Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan[41]
langkah tigo (langkah tiga, pola langkah yang membentuk segitiga). Silek yang dimainkan oleh Mak Danin Capek di Cupak Solok, Sumatera Barat, misalnya lebih menekankan penggunaan langkah tiga, sehingga beliau menyebutnya sebagai Silek Langkah Tigo (silat langkah tiga).[42]
langkah ampek (langkah empat, pola langkah yang membentuk segiempat)
langkah sambilan (langkah sembilan) : untuk mancak (pencak)
2. Garak jo Garik (Gerak dan Gerik)[sunting | sunting sumber]


Di dalam bersilat perlu sekali memahami garak dan garik. Garak artinya insting, kemampuan membaca sesuatu akan terjadi, contoh seorang pesilat bisa merasakan ada sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Garik adalah gerakan yang dihasilkan oleh pesilat itu sebagai antisipasi dari serangan yang datang. Jika kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ia menjadi kurang pas, karena di dalam bahasa Indonesia, gerak itu adalah gerakan dan gerik adalah kata pelengkap dari gerakan itu. Sedangkan di dalam bahasa Minangkabau garak (gerak) itu adalah kemampuan mencium bahaya (insting) dan garik (gerik) adalah gerakan yang dihasilkan (tindakan).
3. Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa)[sunting | sunting sumber]
Raso (Rasa)


Raso atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang tepat tanpa harus dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa centimeter harus memijak rem supaya berhenti dengan tepat tanpa goncangan, tapi dengan merasakan pijakan rem itu dia dapat berhenti dengan mulus.
Pareso (Periksa)


Pareso adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar. Di dalam pertempuran ungkapan pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam berbagai situasi pertempuran dalam upaya untuk memperoleh kemenangan. Misalkan, jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan menghadap ke barat, karena akan silau oleh cahaya matahari.


Jadi antara raso dan pareso itu jalannya berpasangan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Kita tidak boleh terlalu mengandalkan perasaan tanpa menggunakan pikiran, namun tidak boleh pula berpikir tanpa menggunakan perasaan. Ada pepatah yang mengatakan raso dibao naiak, pareso dibao turun (Rasa di baik naik ke alam pikiran, periksa dibawa turun ke alam rasa). Demikianlah kira-kira maksud dari raso jo pareso yang diungkapkan oleh para guru silek.
4. Kato Bajawek, Gayuang Basambuik (Kata Berjawab, Gayung Bersambut)[sunting | sunting sumber]


Alam fikiran Minangkabau memiliki konsep berpasangan, ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pepatah yang memiliki isi kalimat berpasangan, contohnya: mancari nan baik manulak nan buruak (mencari hal-hal yang baik dan menolak hal-hal yang buruk), manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi (menitik dari atas, membersit dari bumi), tiok kunci ado pambukaknyo (tiap kunci ada pembukanya) dan tiok kabek bisa diungkai (tiap ikatan bisa dilepas). Hal yang sama berlaku pada silek, setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat yang mahir mampu bersilat terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu saja.[43] Mereka baru berhenti kalau sudah letih atau capek. Hal yang sama juga terjadi pada peniup saluang, mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-putus sampai lagu selesai.
5. Tagang Bajelo, Kandua Badantiang (Tegang mengalun, Kendor Berdenting)[sunting | sunting sumber]


Guru silek mengatakan, jika tagang badantiang, maka ia akan putus atau rusak, dan jika kandua manjelo (mengalun) itu artinya lemah. Adapun silek Minangkabau tidaklah demikian, silat itu adalah kombinasi pas antara kelembutan dan kekuatan, dia lembut tapi keras, dia keras tapi lembut. Mungkin istilah lentur atau plastis bisa disamakan dengan pengertian ungkapan di atas. Di dalam permainan silek, serangan lawan itu tidak ditangkis atau dihadang, namun dipapah atau dibelokkan ke arah lain. Menangkis serangan lawan, seperti sepak atau tinju akan membawa risiko memar atau cedera, namun jika serangan itu dibelokkan, risiko cedera bisa dihindari dan lawan akan terdorong ke arah lain. Prinsip ini mirip dengan prinsip yang digunakan oleh beladiri tai chi chuan dari China. Teknik ini juga digunakan pada olah raga seperti memantulkan atau "dribble"[44] bola basket atau teknik "setting"[45] permainan bola voli.
6. Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin (Alami, logis dan efektif)[sunting | sunting sumber]


Tubuh manusia memiliki alur dan pola, gerakan silek harus mengikuti alur tubuh manusia, jangan menentangnya. Konsep ini adalah konsep flow (mengalir) di dalam permainan silat. Jika konsep ini dipakai, maka permainan silek akan terlihat indah dan mengalir, serta aman. Sekali alur itu dilanggar, maka akan terjadi apa yang disebut sungsang (terbalik arah) yang dapat berakibat cedera mulai dari ringan sampai patah. Silek disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangan kaedah hukum alam sehingga menghasilkan gerakan yang LOGIS dan EFEKTIF untuk beladiri. Bagaimana mengikuti alur tubuh yang baik dapat dilihat pada gerakan silat yang dimainkan dan dijelaskan oleh David Benitez.[46]. Prinsip umum silat juga dijelaskan oleh Luke Holloway yang menyatakan bahwa gerakan memukul yang diawali dengan ancang-ancang rileks, santai atau tanpa tegangan akan menghasilkan efek pukulan lebih keras daripada pukulan yang diawali dengan ancang-ancang yang kaku [47]. Efek ini terjadi karena alur dari gerakan alamiah tubuh sendiri.
Perlengkapan[sunting | sunting sumber]
1. Sasaran Silek (Tempat berlatih silat)[sunting | sunting sumber]


Sasaran Silek adalah tempat latihan silat di Minangkabau, sasaran ini mungkin bisa disamakan artinya dengan padepokan atau gelanggang. Tempat latihan ini ada yang sengaja dibuat oleh guru dan para muridnya atau disediakan oleh nagari atau suku atau kadangkala sasaran ini di mana saja, seperti di dapur, di bilik, di gudang dan di tempat yang sepi yang jarang dilewati orang seperti di dangau, di ladang dan di hutan.
2. Minyak Silek (Minyak silat)[sunting | sunting sumber]


Biasanya di suatu perguruan silek memiliki minyak yang digunakan untuk keperluan pengobatan pada kasus terkilir selama latihan dan juga sekaligus simbol dari warisan sah suatu perguruan. Minyak itu diwarisi secara turun temurun dari generasi dahulu kepada generasi penerus. Minyak itu dinamakan minyak silek. Perguruan Silek Salimbado Buah Tarok, salah satu sasaran penerus dari silek asal Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan masih memelihara tradisi Minyak Silek yang diwariskan semenjak ratusan tahun yang lalu dan minyak ini merupakan simbol dari perguruan tersebut. Anak sasian (murid) yang baru masuk akan mengikuti tradisi mandi minyak tersebut. Tradisi yang sama terdapat di Malaysia dan sepertinya mandi minyak ini masih terpelihara dengan baik.[48] Penggunaan minyak di dalam silat atau maenpo juga lazim terjadi di kalangan Silat Cimande, Jawa Barat yang minyaknya dikenal dengan nama Minyak Cimande.[49] Saat ini tidak semua sasaran silek di Minangkabau masih memelihara atau memiliki tradisi mandi minyak.
3. Pakaian[sunting | sunting sumber]


Pakaian yang digunakan untuk silek adalah pakaian berwarna hitam yang lebih terkenal dengan sebutan endong atau galembong. Hitam ini sendiri memiliki makna tahan tapo(tahan terpaan) dan tentu saja pakaian hitam ini lebih baik digunakan untuk silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat kotor. Pakaian silek tradisional pisak-nya sangat rendah sehingga tidak memungkin pelaku silek menyepak terlalu tinggi, tinggi sepakan paling sampai alat vital lawan saja.

Tidak semua perguruan yang menuntut anak sasian atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek dari Pauh, Kota Padang malah tidak sependapat, dalam hal ini beliau mengatakan bahwa silek yang akan dipelajari bukan untuk tarian, melainkan buat membela diri jika diserang musuh, jadi pakaian yang paling bagus dikenakan adalah pakaian yang biasa dipakai sehari-hari. Dan ada satu atribut silek Minang yang tidak boleh ketinggalan, yaitu kabek kapalo atau ikat kepala,menurut tuo-tuo silek Minang kalau basilek tidak memakai ikat kepala maka pada saat berlatih akan diganggu oleh inyiak balang (Harimau),dan memang sering kejadian dalam berlatih silat tidak menggunakan ikat kepala, suka ada kejadian-kejadian aneh dari lingkungan sekitar sasaran silek tersebut seperti atap yang dilempari batu atau pasir, jendela yang dibanting-bantingkan walaupun tidak ada angin, dan hal-hal aneh lainnya. Secara harfiah mungkin memakai ikat kepala sebagai bentuk penghormatan seorang anak sasian kepada yang menciptakan silat itu sendiri, kepada sang guru dan kepada partner latihannya.
4. Senjata dan Pusaka Sasaran[sunting | sunting sumber]


Sasaran silek yang baik dan bagus biasanya memiliki senjata yang lengkap serta memiliki benda-benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun. Senjata-senjata yang biasanya ada adalah Karih (Keris), tumbak lado (tombak cabe), kurambik (kerambit), tumbak (tombak), ladiang (lading, golok), sabik (sabit), tungkek (tongkat), dan pisau. Tumbak lado (tombak lada) merupakan senjata asli Minangkabau menurut Draeger[50]. Wilayah Minangkabau pada kurun waktu 1600-an sangat terkenal dengan pembuatan keris serta perlengkapan perang yang berkualitas bagus[51]. Keris misalnya yang umumnya kita tahu berasal dari Jawa, ternyata juga di produksi di Minangkabau, yang dikatakan sebagaicrizes atau keris yang berasal dari Menancabo (Minangkabau) [52].
5. Alat Musik serta Perlengkapan Adat[sunting | sunting sumber]


Pemain Silek pada masa dahulunya juga adalah seniman. Randai dan berbagai tari-tarian adalah turunan dari silek yang merupakan kegiatan seni. Oleh sebab itu sasaran silek juga memiliki perlengkapan musik yang mereka miliki adalah beraneka ragam gandang (gendang), talempong, alat-alat musik tiup seperti saluang, bansi, sarunai, pupuik batang padi, dan tangkolong, malahan juga ada alat musik gesek yang dinamakan rabab (rebab). Di samping alat musik, sebagai komponen dari nagari, mereka juga memiliki perlengkapan untuk upacara adat, seperti pakaian adat dan carano. Tidak semua sasaran silek memiliki inventaris berharga ini sekarang.


Saat sekarang, setelah mendapat pembinaan dari IPSI, tiap sasaran telah memiliki nama sendiri-sendiri, dan memiliki logo sasaran sendiri, namun itu tidak semua, ada juga sasaran yang tidak memiliki nama dan atribut khusus.
Kurikulum[sunting | sunting sumber]


Kurikulum di dalam silek Minangkabau itu terdiri dari
Langkah : Langkah adalah konsep dan kunci utama dari permainan silek yang baik dan benar
Buah : Teknik praktis dalam silek yang merupakan pengembangan dari langkah.
Isi : Aspek spiritual, penggunaan tenaga dalam, pemahaman hakikat silat atau olah rasa
Bungo, Pancak atau Mancak (Kembangan): Aspek seni dalam silat untuk hiburan atau pertunjukan. Bungo silek ini sering dijumpai pada acara-acara resmi. Bungo silek adalah kombinasi antara langkah dan buah. Gerakan silek yang ditampilkan seindah dan sebagus mungkin dan kedua pesilat berusaha untuk tidak saling menyakiti dan biasanya diiringi dengan musik tradisional. Tuo-tuo silek sering tampil dalam acara ini sebagai penghormatan terhadap beliau.

1. Langkah (Teknik Melangkah)[sunting | sunting sumber]


Melangkah adalah pelajaran dasar dalam silek. Ada beberapa gerakan dasar yang akan diajarkan, yakni
gelek (gelek, dalam bahasa Inggris, twist): mengubah posisi tubuh menghadap kanan dan atau menghadap kiri tanpa mengubah posisi kaki atau tanpa melangkah). Dalam main berpasangan, kaki kiri di depan akan menghasilkan gelek dalam, sedangkan jika kaki kanan di depan akan menghasilkan gelek lua (luar).[53]
balabek (belebat?): mengubah gerakan tangan sesuai langkah kaki.[54] Balabek berfungsi sebagai pertahanan untuk tubuh bagian atas jika diserang. Biasanya tangan kanan dan tangan kiri bersilangan jika dihimpitkan. Cara memainkan balabek ini bervariasi tergantung aliran silatnya, salah satu silat di Koto Anau, Kabupaten Solok, memainkan balabek dengan cara mengepalkan tangan seperti petinju. Ada lagi balabek dengan kombinasi kepal di satu tangan dan sudu di tangan lain (lihat: sudu)
langkah ka muko jo langkah suruik (langkah maju dan langkah mundur): langkah, mengubah posisi tubuh dengan memindahkan kaki
langkah insuik (langkah ingsut) : melangkah dengan mengeser kaki ke depan atau ke belakang. Misalkan, kaki kanan digeser sedikit ke depan, kemudian diikuti dengan menggeser kaki kiri sedikit ke depan. Langkah insuik tidak perlu mengangkat kaki untuk berpindah, cukup digeser saja. Pola langkah ini berguna untuk memperbaiki posisi untuk bertahan ataupun menyerang. Biasanya teknik ini didapat begitu saja tanpa disadari oleh pesilat.
tagak itiak (tegak itik) : berdiri seperti itik atau bebek dengan hanya menggunakan satu kaki
babaliak (balik 180 derjat), balik ini bisa baliak suok (balik kanan) atau baliak kida (balik kiri)
simpia (simpir, sapuan), serangan sapuan pada kaki.
guntiang (Gunting), serangan guntingan pada kaki.
tikam jajak (tikam jejak), langkah kaki yang menggantikan posisi langkah sebelumnya. Misalkan, ketika kaki kanan dilangkahkan ke depan, kaki kiri menempati posisi jejak kaki kanan tersebut. Prinsip yang sama berlalu sebaliknya.


Salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain silek lain, yaitu, Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan langkah bajinjek (agak berjinjit) seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki langkah anak (langkah anak). Langkah anak ini adalah langkah kecil yang dilakukan sebelum melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah ini, tapi mereka tidak menekankan teknik dua cara melangkah ini kepada muridnya.


Adapun formasi dalam tahap ini adalah
melingkar, biasanya berpasangan, biasanya sepasang dan membentuk lingkaran, lawan main diibaratkan bayangan cermin, mereka akan melangkah dan bergerak seperti kita namun dalam posisi berlawanan. Formasi lingkaran sering ditemui pada sasaran silek. Jika murid sasaran itu banyak, maka posisi melingkar ini akan membentuk lingkaran besar, jadi hampir semua murid baru bisa melakukannya dalam satu waktu.
berdampingan, Salah seorang Tuo Silek dari Pauah, Padang menyebut gerakan ini sebagai arak kabau gadang, boleh jadi sasaran silek lain memiliki nama lain untuk formasi ini. Dua orang melangkah berdampingan kiri dan kanan sambil bersilat. Posisi ini tidak sering dimainkan. Guna posisi ini adalah untuk belajar menghadapi serangan dari samping kiri atau kanan. Biasanya gerakan ini diajarkan pada murid yang sudah mahir dalam melangkah dan dikombinasikan dengan tahap dua, maambiak buah(mengambil buah)
lurus , dengan maksud mempelajari cara menghadapi serangan lawan dari depan dan atau belakang. Latihan untuk formasi lurus bisa dengan menggunakan sebilah papan disebut sebagai silek sabilah papan. Silek Biruang Agam sebagai contoh, menunjukkan pola permainan lurus dengan kombinasi lingkaran.[55]


Kebanyakan murid tidak memahami arti pelajaran ini, sehingga mereka bosan, karena sudah berbulan belajar mereka merasa kok pelajarannya dari itu ke itu juga. Teknik melangkah yang baik dan benar ini benar-benar penting bagi pemula. Jika melangkah ini sudah mahir, maka akan mudah maambiak buah (mengambil buah) atau mempelajari gerakan-gerakan praktis dalam bersilat, karena buah itu baru bagus digunakan jika langkah sudah pas dan benar.





Ada bermacam cara berdiri di dalam silat, ada yang tinggi seperti berdiri, rendah seperti orang membungkuk dan ada sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya dipakai pada silat Harimau.

Meskipun tidak berlaku pada semua sasaran silek, pada tahap ini beberapa murid diajarkan beberapa kato atau manto (mantera), contohnya
kato palangkahan (mantera untuk mulai bersilat) yang bunyinya kira-kira : assalamu`alaikum bapakku langit/alaikum salam ibuku bumi/izinkan aku melangkah di bumi Allah taala.
doa mandi digunakan ketika mandi untuk menyegarkan diri dari cedera atau menghilangkan energi negatif (dalam chi kung dikenal dengan istilah "chi kotor") yang mengganggu kita akibat bermain silat atau setelah bepergian. Adapun bunyinya kira-kira : mandi nur, mandilah aku/mandi tubuh serta nyawa/mandi ruh, serta insan/aku mandi di dalam kandungan kalimah...





Tidak semua sasaran silek mengajarkan mantera. Ada sasaran silek yang menggunakan doa dalam bahasa Arab yang dikutip dari ayat Alquran atau doa-doa yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad SAW.


Pelajaran maambiak buah (mengambil buah) merupakan pengembangan dari prinsip langkah tersebut. Dapat dikatakan, kunci dan salah satu ciri-ciri dari silek di Minangkabau terletak dari gelek jo langkah (gelek dan langkah), dan mereka berusaha konsisten dengan aturan langkah ini. Namun sayang, pada tahap inilah murid-murid biasanya sudah berhenti karena bosan, atau jika mereka terus ke tahap dua tanpa menguasai dengan baik prinsip langkah, hasilnya adalah murid ini tidak bisa main dengan baik dan biasanya di dalam bahasa Minangkabau dikatakan "langkahnyo indak bulek atau langkahnyo baserak-serak" (langkahnya tidak utuh alias berserakan).
2. Buah (Teknik Praktis)[sunting | sunting sumber]


Maambiak buah ini berkaitan dengan pelajaran tentang teknik-teknik praktis di dalam bersilat atau buah silat, seperti tangkok (menangkap), ilak (mengelak), mangguntiang(gerakan menggunting) piuah (piuh atau pilin), mamatah (mematahkan peresendian), manyapu (sapuan), doroang (dorongan), enjo/egang/jujuik (tarik, menarik lawan dengan tangan), mangabek/mengunci (teknik kuncian), sudu (tusukan), daga (pukulan dengan bantalan telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan bahkan memakai goyangan pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. Sadonyo anggoto tubuah iduik (semua anggota tubuh harus hidup dan bisa dimanfaatkan) dan juga dima tumbuh disitu disiang (posisi bagaimanapun harus bisa digunakan semaksimal mungkin untuk bertahan dan menyerang) begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak buah, murid dituntun menggunakan nalar dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari tubuh manusia dan di mana titik lemah dari tubuh itu sendiri, misalnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak jatuh, tapi kalau didorong ke belakang, lawan jatuh. Biasanya sasaran serangan silek itu adalah alat vital atau kelamin, rahang, mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati. Untuk patah mematah, targetnya adalah siku-siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk piuh (pilin) targetnya adalah pergelangan tangan dan kaki. Dalam gerakan biasanya dilakukan kombinasi seperti dipiuh (pilin) dahulu baru kemudian dipatahkan. Alat vital memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh sebab itu pada awal belajar si murid diingatkan untuk menjaga posisi sedemikian rupa agar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodapun sampai saat ini yang membuat alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini belajar ilmu magis, sedangkan untuk hulu hati, orang yang sering latihan kebugaran dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan terhadap pukulan.


Secara ringkas pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik mempergunakan kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya, seperti yang diuraikan di bawah ini
Teknik mempergunakan tangan
cucuak ciek jari (tusukan satu jari) : target serangannya lobang pada daerah leher
cotok duo jari (tusukan dua jari) : target serangannya mata
cakiak (cekik) : target serangannya leher
kalatiak (?) : gerakan seperti menampar dengan mempergunakan kuku pada ujung jari
kepoh (tepis) : membelokkan serangan lawan dengan tangan sehingga tidak mengenai tubuh
siku (sikuan) : target serangannya tulang iga lawan
rangguik (renggut) : merenggut tangan, kaki, atau kepala lawan
doroang, tundo, tungak (dorong) : mendorong tubuh lawan
daga : menggunakan bantalan telapak tangan untuk menyerang rahang lawan
sudu (sodokan) : menggunakan empat jari yang dirapatkan dengan target serangannya ulu hati lawan, bentuk sudu ini seperti sendok datar. Sudu dan sendok artinya sama.
piuah (pilin) : memilin tangan, kaki, atau kepala lawan
sambuik (sambutan) : menyambut serangan lawan, biasanya diiringi dengan mematahkan anggota tubuh lawan
pakuak (bacok) : membacok dengan menggunakan sisi tangan sejajar kelingking target serangannya leher bagian belakang
patah (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
lapak (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua telinga lawan
piciak (pijit) : teknik menjepit dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Buah piciak dipergunakan untuk menyerang titik kelemahan atau pressure point yakni titik-titik tertentu pada tubuh jika dipijit atau ditekan akan menimbulkan rasa sakit dan gerakan sentak (gerak refleks) seperti kena setrum listrik. Contoh sasaran adalah wilayah dekat lipatan siku tangan atau kaki, bawah ketiak, sekitar pergelangan tangan, selaput antara ibu jari dan telunjuk. Seni ini telah dikenal oleh bangsa Jepang dengan nama kyusho. Korea dan China juga memiliki pengetahuan tentang ini, serta berbagai bangsa lain di muka bumi selama beratus-ratus tahun yang lampau. Meskipun di Minangkabau teknik ini tidak terdokumentasi selengkap di Jepang atau Korea, teknik ini dikenal baik oleh para pendekar dan sangat bermanfaat jika menghadapi lawan yang memiliki tenaga kuat. Titik kelemahan ini tidak saja diserang dengan teknik piciak, tapi bisa dengan cucuak (tusukan satu jari) atau sudu (sodok).
Teknik mempergunakan kaki
sipak, simbek, gayuang (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata gayuang itu bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
hantam jo lutuik (hantam dengan lutut) : digunakan untuk menghantam kepala lawan atau perutnya
tundo jo lutuik (dorong dengan lutut) : lutut bisa digunakan untuk mendorong kaki lawan agar dia jatuh
sapu (sapuan) : digunakan untuk menyapu kaki lawan
dongkak kudo atau sipak balakang (tendangan belakang) : tendangan berbentuk huruf T
injak (injak): menginjak kaki lawan
hantam jo tumik (hantam dengan tumit) : menghantam ujung ibu jari kaki lawan dengan memakai tumit.
Teknik dengan menggunakan bagian tubuh lain
sondak (menggunakan kepala) : untuk menghantam dada, atau rahang lawan
gigik (menggigit lawan) : gigitan di mana saja yang didapatkan pada tubuh lawan
goyang ikua (goyangan pinggul) : menggoyangkan pinggul, teknik ini juga digunakan pemain sepak bola untuk menjatuhkan lawannya
Teknik kombinasi
mambantiang (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
mangabek atau mangunci (kuncian) : Istilah lain yang biasa digunakan oleh praktisi silek adalah santuang atau kungkuang (kungkung) untuk teknik mengunci lawan dengan mempergunakan tangan dan atau kaki.
mambukak kabek dan mailak dari bantiangan (membuka kuncian dan mengelak dari bantingan) : memlepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama yakni teknik malangkah.


Tujuan dari silek adalah mempertahankan diri dari serangan musuh seperti yang dikatakan oleh tuo silek, jadi sebagian teknik-teknik yang dipelajari tidak boleh digunakan di dalam pertandingan silat, karena berbahaya dan mencelakakan lawan tanding.


Pada tahap ini muridpun diberi semacam doa atau kato atau manto (mantera) oleh guru, misalnya mantera yang dipakai untuk menyambut atau untuk menyerang lawan, bisa juga mantera untuk membuat tubuh kita kelihatan lebih besar dan tinggi, sehingga lawan merasa takut dan sebagainya. Tiap sasaran silek punya manto atau doa tersendiri. Ada sasaran silek yang hanya memakai doa yang diambil dari kutipan ayat Alquran, namun kebanyakan mantra berisi campuran antara doa dalam bahasa Arab dan Minangkabau. Campuran mantera antara bahasa Minang dan bahasa Arab menandakan pengaruh Islam di dalam silat di Minangkabau.
3. Isi (Mengambil Isi atau Kaji Duduk)[sunting | sunting sumber]


Bagian maambiak isi (mengambil isi) atau dikatakan juga maambiak inti (mengambil inti) adalah bagian yang paling sensitif untuk dibicarakan bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek. Pada sesi ini murid tidak belajar bermain silat secara fisik, tetapi lebih kepada menanamkan suatu pemahaman atau konsep.
Biliak Dalam (Bilik Dalam atau Kamar Khusus)


Istilah biliak dalam digunakan untuk menyatakan tempat belajar khusus tentang materi maambiak isi. Kata bilik dalam mengandung pengertian bahwa antara guru dan murid ada tempat dan atau saat khusus, meskipun tidak selalu di dalam bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru mengundang murid datang ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat tertentu, bisa juga siang atau malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun hanya mereka yang akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.
Kaji (Materi Pelajaran di Biliak Dalam)


Materi atau kaji yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan sasaran silek lain boleh jadi ada kesamaan materinya, namun juga terdapat perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh karena itu, dalam tahap tertentu, membahas materi yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain sangatlah tabu untuk dibicarakan. Jadi jika tidak paham akan sesuatu, sebaiknya dipecahkan dulu sendiri, kemudian ditanyakan langsung ke guru atau ke orang yang telah dipercayakan oleh guru untuk memberikan penjelasan.


Salah satu dari materi pengajian ini adalah mangaji asa (mempelajari asal usul). Kita harus mengetahui asal usul diri. Dalam salah satu sasaran mengatakan bahwa manusia berasal dari Nur yang dipancarkan dari cahaya ilahiyah, oleh sebab itu posisi manusia sangat tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia yang diisi dengan Nur ini akan menjadi khalifah (berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan dapat menundukkan sekalian isi alam. Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi. Orang yang berbuat keonaran dan kejahatan menandakan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari syaitan yang berasal dari api. Api bersifat negatif atau takluk di bawah kekuatan cahaya ilahiyah (nur). Para pesilat meyakini berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan dari sang Pencipta. Benda tajam dari logam disebut sebagai sesuatu yang berasal dari air. Sekali lagi, air tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap manusia, jadi benda tajam itu tidak akan memberikan pengaruh buruk kepada diri pesilat. Di dalam pengajian ini, segala sesuatu yang datang kepada pesilat, maka dia berupaya mangumbalikan ka asa (mengembalikan sesuatu ke asal kejadiannya) semua serangan yang datang kepada dirinya. Beginilah bunyi salah satu mantera agar tidak celaka jika terkena senjata tajam.. Hai sakalian basi, aku tahu asa engkau jadi, aia putiah rabbul alamin asa engkau jadi, kembalilah engkau ke asa engkau, aku kembali ke asa aku, Nur Allah asa aku jadi (Hai sekalian besi, aku tahu asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah engkau ke asal engkau, aku kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal aku jadi).


Istilah basi karasani (Besi Kersani) sering muncul di dalam materi kajian bilik dalam. Basi karasani di dalam kaji isi dianggap sebagai unsur inti besi pada manusia yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Di dalam manto (mantera) diucapkan begini ".... mandanciang basi karasani di dalam batang tubuah aku dek aku mangatahui.." (berdenging besi kersani di dalam batang tubuh aku karena aku mengetahui). Membangkit basi karasani ini juga termasuk materi yang diberikan buat pesilat yang berminat. Efek dari bangkitnya basi karasani ini adalah tubuh menjadi kuat dan tahan dari berbagai serangan lawan.


Ada banyak lagi aspek-aspek dari sesi ini yang sampai saat sekarang di Minangkabau masuk ke dalam wilayah sangat sensitif untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat, bahwa mereka yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan perbuatan membuka aurat kepada yang bukan muhrim.


Materi maambiak isi bisa saja tidak diberikan kepada murid, jika si murid hanya menyukai gerakan fisik saja untuk olah raga atau beladiri. Adakalanya si murid tidak berminat mengambil materi ini karena tidak ingin terlalu dalam berfilosofis atau tidak ingin salah cerna pengetahuan yang diberikan guru yang disebut sebagai tabaliak kaji. Meskipun sangat jarang terjadi, tabaliak kaji bisa berakibat fatal bagi perkembangan psikis murid karena bisa menyebabkan gila. Guru silek adakalanya enggan memberikan materi ini kepada murid dengan alasan belum cukup umur atau akibat perilaku kurang baik yang diperlihatkan oleh murid selama dalam asuhan guru silek.
4. Ujian[sunting | sunting sumber]


Secara tradisional guru melihat tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan gerakan-gerakan dasar silat seperti pada point 2. Guru akan melihat bagaimana keahlian murid mempergunakan keahlian itu untuk manyambuik (menyambut) serangan, mambaleh (menyerang), mangunci (mengunci) atau malapehkan kuncian/kabek(melepaskan kuncian) lawan tandingnya. Gerakan dasar akan diterima oleh setiap murid, namun pada tingkat lanjutan, siapa yang pintar mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka dia akan bisa menggunakan gerakan-gerakan dasar silat dengan tepat dan benar.


Kemahiran bersilat bisa diukur dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:
Bersilat di tempat lapang
Bersilat di tempat sempit
Bersilat dalam posisi apapun (duduk, berbaring)
Penguasaan menghadapi serangan memakai senjata tajam dan tongkat
Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas batu licin di sungai)
Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap sama sekali
Bersilat dengan harimau (ujian terakhir pada beberapa sasaran silek)


Sebagian para Tuo Silek mempercayai bahwa silek ini dahulunya milik inyiak balang (harimau), setiap kali silek ini diadakan jika memakai gerakan harimau, konon harimau itu akan datang menyaksikan sendiri silat itu, dan bahkan harimau itu bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk menghindari itu, silek dilakukan di tempat yang tertutup jika dilakukan di malam hari. Ujian terakhir dilakukan dengan bermain silat langsung dengan inyiak balang (harimau). Tapi keyakinan ini tidak dianut oleh semua guru. Ada juga sasaran yang mengajarkan silek biasa dan silek harimau untuk tingkat lanjutan, setelah selesai dengan silek biasa yang dilakukan pada malam hari, mereka akan mengambil langkah silek harimau pada siang hari, bukan malam hari [2]


Sistem sabuk diperkenalkan pada sasaran silek setelah adanya bimbingan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) kepada guru silat tradisional. Maka semenjak itu dikenal adanya istilah sabuk. Warna dari sabuk itu sendiri seperti sabuk putih, biru, hijau sampai hitam, diberikan berdasarkan kemahiran murid pada level tertentu. Silek tradisional tidak mengenal istilah sabuk. Mereka mengukur murid berdasarkan kemahiran murid di dalam latihan seperti yang disebutkan di atas. Murid yang mahir akan menjadi tangan kanan guru untuk mengajar murid-murid pada tingkat pemula.
5. Kaputusan Silek (Keputusan Silat)[sunting | sunting sumber]


Umumnya sasaran silek itu memiliki istilah tamat belajar, kecuali seperti yang dikatakan oleh salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Pada masa tamat belajar biasanya guru memberikan sesuatu kepada muridnya tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada yang memberikan semacam mantera penutup, ada pula keputusan kaji silek itu hanya berupa beberapa kata kunci atau bahkan cuma nasihat saja dari guru.


Ada sasaran silek yang melakukan badah ayam (bedah ayam). Ayam dipotong seperti biasa, kemudian ayam tersebut diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di ujung jantung, kalau mau melepaskan gayuang kata sang guru, tembaklah ujung jantung ini pada lawan. Dan untuk melepaskan gayuang itu, si murid diberi kato atau manto(mantera). Gayuang (gayung) adalah kemampuan untuk merusak jantung atau bagian dalam tubuh orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini hanya boleh dipakai ketika sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya mempertahankan hidup. Gayuang ini bisa berakibat fatal bagi lawan jika tidak segera diobati. Biasanya pamunah gayuang(pemusnah gayung) diberikan kepada murid yang berguna untuk menghilangkan efek dari gayuang tersebut jika lawan sudah minta ampun dan menyerah.


Namun hal yang pasti dari seseorang mendapatkan kato kaputusan (kata putus atau tamat) ini adalah dia bisa mengajar orang lain dan membuka sasaran silek lain di bawah restu guru, artinya dia dianggap resmi sebagai guru baru dan memiliki wewenang mengajarkan ilmu yang sama dalam jalur waris yang sah.
Lihat Pula[sunting | sunting sumber]
Silat Kumango
Budaya Minangkabau
Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam
Catatan kaki[sunting | sunting sumber]