Silat Kumango
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Silat Kumango atau Silek Kumango adalah salah satu dari sepuluh aliran utama Silat di Minangkabau. Silat ini berasal dari Surau di Nagari Kumango, Kecamatan Sungai Tarok (saat ini diindonesiakan menjadi Sungai Tarab), Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Tarok sendiri adalah nama tumbuhan yang pada zaman dahulu seratnya dibuat untuk pakaian, ketika pada zaman Jepang, pakaian dari serat tarok ini kembali populer dengan pepatah "ig ni san si roku , baju goni sarawa tarok" (satu dua tiga..enam, baju goni celana tarok). Aliran silat ini diberi nama menurut tempat asal silat ini pertama dirancang [1]
Silat Kumango menjadi harum dan tersohor sampai ke negeri Malaysia yang terkenal dengan Kuncian Kemanga.[butuh rujukan]
Daftar isi [sembunyikan]
1 Sejarah Silek Kumango
2 Hubungan Silat Kumango dengan Aliran Silat Lain
3 Pengaruh tarekat pada silek Kumango
4 Penyebaran Silek Kumango
5 Konsep Silek Kumango
6 Penerimaan Anak Sasian (Murid)
7 Materi Silek Kumango
7.1 Langkah
7.2 Jurus
7.3 Kaji Duduak
8 Lihat pula
9 Referensi
10 Pranala luar
Sejarah Silek Kumango[sunting | sunting sumber]
Silat Kumango adalah silat yang paling tua di Sumatera Barat.[butuh rujukan] Sebelum masa Syech Surau Subarang (sebutan untuk Syech Abdul Rachman di Kumango, tanah asalnya), silat ini sudah "disimpan" selama ratusan tahun oleh orang Kumango dan terlarang untuk diajarkan kepada mereka yang berasal dari luar Nagari Kumango. Kalaupun ada pada masa itu ada yang mengaku pernah belajar silat Kumango, namun sebenarnya mereka hanya belajar "bunga silatnya" saja (langkah-langkah yang tidak mematikan) dari orang Kumango. Bunga silat Kumango ini dikembangkan oleh para perantau Kumango yang selama beberapa masa merajai perdagangan barang-barang kelontong di negara ini sehingga barang kelontong juga dikenal sebagai "barang Kumango:. Pada masa ini, silat Kumango sudah terkenal dan ditakuti dimana-mana, namun belum ada orang luar yang bisa menembus rahasia silat ini karena begitu ketatnya aturan dari Tetua Silat di Kumango untuk tidak mengajarkan silat mereka kepada mereka yang bukan orang Kumango. Di Kumango sendiri, pada masa itu, silat Kumango ini juga terdiri dari beberapa aliran kecil tergantung kepada guru yang mengajar pada sasaran yang berbeda. Silat Tua Kumango ini banyak mengambil falsafah alam dan lebih dekat kepada silat harimau. Salah satu falsafahnya adalah "Langkah, langkah harimau; jatueh, jatueh cacak" (memasang jurus seperti harimau dan bila jatuh ketanah seperti cicak).
Syech Surau Subarang pada masa mudanya di Kumango sebelum merantau ke luar Kumango dikenal sebagai parewa (semacam preman) di Kumango, suka berkelahi. Namun dalam setiap kali perkelahian dia sering dikalahkan oleh lawan-lawannya di Kumango. Keadaan inilah yang membuatnya pergi merantau dan banyak bertarung di luar Kumango menundukkan lawan-lawannya. Dia adalah sosok yang sangat cerdas, dalam setiap pertarungan yang dilakoninya dengan banyak orang di luar Kumango, dia selalu berusaha "mencuri ilmu" dari lawan-lawannya dengan jalan mengamati setiap jurus dan langkah yang dipakai oleh lawan-lawannya dalam menghadapinya, kemudian dia menyempurnakan jurus dan langkah tersebut menjadi lebih mumpuni untuk dipakai pada pertarungannya yang lain. Di perantauan pula dia mendalami Agama Islam dan Ilmu Tariqat, sekaligus mempertajam ilmu silat yang sudah dimilikinya. Dan dari semua yang telah dia dapatkan, dia mencoba menciptakan sebuah silat Kumango baru yang setiap geraknya tidak lepas dari nafas Islam, dan kemudian bertekad untuk mengembangkannya. Dan pada suatu ketika, ketika dia kembali ke Kumango dari rantau, dia mampu mengalahkan semua orang yang dulu selalu mengalahkannya.
Tidak puas dengan penghidupan di kampung halamannya sendiri, dia kemudian merantau ke Malaysia; tinggal disana beberapa lama; punya istri dan keturunan di negara jiran tersebut. Melihat ada gejala beliau akan merantau cino (merantau dan tidak pulang lagi ke kampung halamannya), keluarganya memintanya untuk pulang, namun dia menolak. Setelah melalui proses yang agak berliku, beliau akhirnya setuju untuk kembali ke Kumango, tapi dengan syarat masyarakat Kumango bersedia membangunkan sebuah surau untuknya, maka dibangunlah surau Subarang -- surau dimana sekarang makamnya berada. Dan kemudian diapun pulang dan disambut bak pahlawan oleh segenap masyarakat Kumango pada masa itu. Dari surau inilah kemudian beliau kemudian mengembangkan silat Kumango baru dan sekaligus membuka tabir Silat Kumango ke dunia luar. Selain dari mengembangkan silat Kumango baru, beliau juga membawa angin segar dalam dunia usaha di Kumango dengan mangajarkan masyarakat Kumango cara membuat kerupuk kulit (kerupuk jangat / karupuek jangek)yang pada saat ini menjadi kebangggaan lain dari orang Kumango dengan kerupuk jangek Kumango yang juga terkenal kemana-mana.
Dimata lawan-lawannya, beliau sangat terkenal dengan jepitan jari kakinya yang mematikan.
Sekedar penekanan, silat Kumango yang sekarang diajarkan luas ke seluruh dunia, memang Silat Kumango baru yang diramu kembali oleh Syech Surau Subarang. Namun silat Kumango tua tersebut masih ada dan dipegang oleh beberapa orang asli Kumango dan tetap pada prinsip tidak akan pernah diajarkan kepada meraka yang bukan orang Kumango. Seiring perkembangan zaman, dengan bertambah banyaknya orang Kumango yang menikah dengan pasangan hidup yang berasal dari luar Kumango, Silat Tua ini semakin terlupakan.
Syech Kumango atau Syech Abdul Rahman Al Khalidi yang bernama kecil Alam Basifat adalah peramu Silat Kumango baru [2]. Beliau di masa muda adalah pendekar yang disegani dan ditakuti, banyak belajar ke berbagai pelosok. Beliau bahkan sampai ke Bayang, Pesisir Selatan belajar mengaji dan bersilat.
Hubungan Silat Kumango dengan Aliran Silat Lain[sunting | sunting sumber]
Meskipun Silek Kumango telah memiliki ciri khas tersendiri, namun silek ini merupakan turunan dari Silek Tuo dengan beberapa perubahan dan modifikasi gerakan.
Pengaruh tarekat pada silek Kumango[sunting | sunting sumber]
Tarekat mengajarkan penganut atau pengamalnya untuk mengendalikan diri. Syech Kumango menguasai tarekat Syattariah dari Ulakan, Pariaman, Naqsabandian dan juga tarekat Samaniah.
Penyebaran Silek Kumango[sunting | sunting sumber]
Malaysia
Belanda
Kawasan lain di Indonesia
Konsep Silek Kumango[sunting | sunting sumber]
Silek Kumango memakai konsep langkah tuo dan langkah ampek.
Penerimaan Anak Sasian (Murid)[sunting | sunting sumber]
Peminat yang bersungguh ingin belajar Silat Kumango, seperti halnya silat aliran lain di Minangkabau, akan ditanya, untuk apa belajar silat, pertanyaan ini perlu untuk meluruskan niat para calon murid agar kelak setelah menguasai silat, yang diistilah sebagai memiliki pisau tajam agar tidak sewenang-wenang kepada orang lain. Adapun syarat-syarat untuk belajar adalah membawa [3] :
Lado jo garam (Cabe atau Capsicum annum dan garam), ini mengandung makna kepandaian yang di peroleh haruslah pedasnya melebihi cabai dan asinnya melebihi garam.
Pisau maja (pisau tumpul), proses pembelajaran itu adalah bertujuan untuk menjadikan besi tumpul menjadi tajam dan bermanfaat. Tentu saja setelah tajam jangan digunakan sembarangan
Kain Kapan Putiah (kain kafan putih), ini bermakna kepasrahan diri pada sang kholik dan kesadaran bahwa padanyalah kita akan kembali, juga simbol dari kesucian.
Pinjaik jo banang (Jarum dan Benang), ini bermakna Hidup yang efisien dan tidak boros
Bareh sacupak (beras satu cupak), ini bermakna jangan upaya mandiri dan menyusahkan guru ketika hari pertama berlatih
Ayam batino (ayam betina) ini bermakna sebagai perbaikan gizi ketika berlatih, ayam di pelihara oleh guru dan telurnya di makan setelah berlatih
Materi Silek Kumango[sunting | sunting sumber]
Langkah[sunting | sunting sumber]
Seperti halnya Silat di Minangkabau, belajar melangkah adalah penting, jika cara melangkah ini masih tidak bagus, maka jurus atau buah yang akan diajarkan tidaklah akan tepat penggunaannya. Di dalam Silek Kumango, tetap dikenal dengan langkah, gelek dan balabek sebagai bagian inti dan karakter dasar dari Silat di Minangkabau. Silek Kumango memakai sistem langkah ampek di dalam bersilat dan filosofi silatnya. Sebagai sebuah aliran yang khas, Syech Kumango memasukkan napas Islam ke dalam gerak langkahnya, yang dikenal dengan langkah alif, lam, lam dan ha.
Jurus[sunting | sunting sumber]
Ada sebelah buah inti kumango atau bisa disebut sebagai jurus , yakni:[3]
Ilak kida, terdiri dari ilak kida lua, ilak kida dalam
Ilak suok, terdiri dari ilak suok lua dan ilak suok dalam
Sambuik pisau
Rambah
Cancang
Ampang
Patah tabu
Lantak siku
Kabek
Sandang
Uncak tangguang
Uncak lapeh
Kaji Duduak[sunting | sunting sumber]
Kaji duduak atau silek duduak membahas aspek spiritual dari Silek Kumango. Silek Kumango berkaitan dengan Tarekat Samaniah dan Naqsabandiah, dengan demikian isi dari kaji duduak ini akan berhubungan dengan esensi dari pengajaran tarekat tersebut.
Ada semacam pepatah (ungkapan, jargon) di kalangan pengikut silek Kumango yakni manjago tali jan putuih, manjago raso jan ilang (menjaga tali jangan putus, menjaga rasa jangan hilang). Pepatah ini memiliki arti yang dalam dan berlapis di dalam ajaran Silek Kumango. Tertu saja ada beberapa variasi ungkapan yang senada dengan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar